Sectio Caesarea merupakan cara untuk melahirkan bayi jika ada indikasi patologis pada persalinan secara pervaginan, salah satu cara yang digunakan dibidang kesehatan untuk membantu persalinan ketika ada masalah tak terduga terjadi selama persalinan, seperti faktor dari ibu yaitu panggul yang sempit, faktor dari janin yang letaknya lintang, tidak cukup ruang bagi janin untuk melalui vagina, dan kelainan pada janin seperti berat badan janin melebihi 4000 gram (National Institute of Health, 2012). Sectio caesarea merupakan suatu pembedahan guna melahirkan anak lewat insisi pada dinding abdomen dan uterus (Oxon & Forte, 2010). Insisi menimbulkan nyeri sedang sampai berat. Nyeri post sectio caesarea muncul seiring dengan hilangnya efek anastesi. Nyeri mempengaruhi seluruh pikiriran orang, tubuh, dan jiwa dan pengelolaan terbaik sering menggunakan kombinasi perawatan farmakologis dan perawatan komplementer (Banerjee, 2010)
Respon nyeri yang dirasakan oleh pasien merupakan efek samping yang timbul setelah menjalani suatu operasi. Nyeri yang disebabkan oleh operasi biasanya membuat pasien merasa sangat kesakitan. Ketidaknyamanan atau nyeri, bagaimanapun keadaannya harus diatasi dengan manajemen nyeri, karena kenyamanan merupakan kebutuhan dasar manusia. Nyeri mempengaruhi seluruh pikiriran orang, tubuh, dan jiwa dan pengelolaan terbaik sering menggunakan kombinasi perawatan farmakologis dan perawatan komplementer (Banerjee, 2010). Ada beberapa cara menurunkan nyeri post sectio caesarea diantaranya dengan hipnoterapi, teknik relaksasi nafas dalam dan guided imageri, pemberian aromatherapi lavender.
1. Hipnoterapi (Pengaruh Hipnoterapi Terhadap Tingkat Nyeri Pada Ibu Post Sectio Caesarea di RSB Jeumpa Pontianak Tahun 2015 oleh Valentine Niraski)
Menurut pengamatan peneliti pada kelompok kontrol yang hanya diberikan analgesik saja, transmisi impuls nyeri hanya dihambat tetapi tidak mengubah persepsi nyeri dan respon terhadap nyeri seseorang. Beberapa waktu setelah pemberian analgesik, impuls nyeri akan dihambat sehingga nyeri pasien dapat turun namun tidak dapat menurun lebih cepat. Beberapa pasien mengatakan nyeri masih terasa terkadang hilang datang. Hal ini disebabkan karena persepsi pasien terhadap nyeri tidak dialihkan sehingga pasien masih memikirkan nyerinya dan nyeri pun lebih lama hilang.
Menurut pengamatan peneliti kombinasi hipnoterapi dan analgesik lebih dapat menurunkan tingkat nyeri lebih cepat karena selain dapat menghambat transmisi impuls nyeri seperti pada pemberian analgesik, hipnoterapi juga dapat mengubah persepsi dan respon nyeri seseorang. Saat pemberian hipnoterapi pasien dibimbing untuk melakukan imajinasi sehingga mempengaruhi kerja otak, gelombang otak akan turun dari gelombang beta menjadi alpha dan theta, menyebabkan tubuh menjadi rileks, impuls nyeri terhambat dan pasien menjadi rileks.
Beberapa ilmuan berspekulasi kalau hipnotherapi menstimulasi otak untuk melepaskan neurotransmiter, zat kimia yang terdapat di otak yaitu enkefalin dan endhorphin yang berfungsi meningkatkan mood sehingga dapat mengubah penerimaan individu terhadap sakit atau gejala fisik lainnya (Fachri, 2008). Endorphin dan enkefalin adalah zat kimiawi endogen (diproduksi oleh tubuh) yang berstruktur serupa dengan opioid (juga disebut sebagai opiat atau narkotik) (Smeltzer & Bare, 2001). Semua opiat endogen bekerja dengan mengikat reseptor opiat, dengan efek analgesik serupa dengan yang ditimbulkan oleh opiat eksogen (Price & Wilson, 2005).
Berdasarkan hal tersebut peneliti berpendapat bahwa hipnoterapi dapat menjaga homeostasis tubuh dengan menimbulkan efek relaksasi pada tubuh dan fikiran dengan menghasilkan endorphin yang bekerja sebagai opioid endogen alami yang dihasilkan oleh tubuh dan mempengaruhi proses kognitif sehingga merubah persepsi seseorang terhadap nyeri. Saat relaksasi, akan terjadi penurunan pada kadar epinefrin dan non epinefrin dalam darah, frekuensi denyut jantung, tekanan darah, frekuensi nafas, dan ketegangan otot. Selain itu akan terjadi vasodilatasi pembuluh darah sehingga stress yang menjadi faktor yang memperberat nyeri juga berkurang dan nyeri menurun sampai dengan hilang.
2. Teknik Relaksasi Nafas Dalam dan Guided Imageri (Efektifitas Teknik Relaksasi Nafas Dalam dan Guided Imagery Terhadap Penurunan Nyeri Pada Pasien Post Operasi Sectio Caesarea di Irina D BLU RSUP Prof. Dr. R. D. KANDOU MANADO oleh Chandra Kristianto Patasik Jon Tangka Julia Rottie)
Relaksasi adalah sebuah keadaan dimana seseorang terbebas dari tekanan dan kecemasan atau kembalinya keseimbangan (equilibrium) setelah terjadinya gangguan. Tujuan dari teknik relaksasi adalah mencapai keadaan relaksasi menyeluruh, mencakup keadaan relaksasi secara fisiologis, secara kognitif, dan secara behavioral. Teknik relaksasi nafas dalam akan lebih efektif bila dikombinasikan dengan beberapa teknik lainnya, seperti guided imagery. Guided imagery merupakan teknik yang menggunakan imajinasi seseorang untuk mencapai efek positif tertentu (Smeltzer, Bare, Hinkle, & Cheever, 2010). Teknik ini dimulai dengan proses relaksasi pada umumnya yaitu meminta kepada klien untuk perlahan-lahan menutup matanya dan fokus pada nafas mereka, klien didorong untuk relaksasi mengosongkan pikiran dan memenuhi pikiran dengan bayangan untuk membuat damai dan tenang (Rahmayati, 2010).
Pada penelitian ini, sesudah dilakukan teknik relaksasi nafas dalam dan guided imagery terjadi perubahanintensitas nyeri, dimana responden hanya mengalami dua tingkat nyeri yaitu nyeri sedang (35,0%) dan nyeri ringan (65,0%). Tidak ada lagi yang mengalami nyeri hebat dan sangat hebat. Efek relaksasi nafas dalam dan guided imagery membuat responden merasa rileks dan tenang. Responden menjadi rileks dan tenang saat mengambil oksigen di udara melalui hidung, oksigen masuk kedalam tubuh sehingga aliran darah menjadi lancar serta dikombinasikan dengan guided imagery menyebabkan pasien mengalihkan perhatiannya pada nyeri ke hal-hal yang membuatnya senang dan bahagia sehingga melupakan nyeri yang sedang dialaminya. Inilah yang menyebabkan intensitas nyeri yang dirasakan pasien post operasi sectio caesareaberkurang setelah dilakukan teknik relaksasi nafas dalam dan guided imagery.
3. Pemberian Aroma Terapi Lavender (Perbedaan Tingkat Nyeri Sebelum danSesudah Pemberian Aromaterapi Lavender Pada Ibu Post Sectio Caesarea DI RSUD AMBARAWA oleh Prita Swandari)
Penelitian mengenai nyeri sesudah diberikan aromatherapi lavender ini didapatkan hasil sebagian besar adalah responden dengan nyeri ringan yaitu sebanyak 20 responden (70.92%). Nyeri ringan adalah nyeri tidak mengganggu aktivitas mobilisasi atau secara obyektif pasien dapat berkomunikasi dengan baik, tindakan manual dirasa sangat membantu. Hal ini disebabkan karena responden dalam penelitian ini memiliki rasa nyaman setelah mendapatkan aromatherapi, sehingga menurunkan angka nyeri pada luka operasi. Pasien post SC yang diberikan aromatherapi lavender mengalami penurunan tingkat nyeri tetapi tidak menghilangkan nyeri tersebut karena luka dari operasi SC tersebut merupakan luka yang dibuat mulai dari lapisan perut sampai ke lapisan uterus yang penyembuhannya bertahap sehingga masih merasakan nyeri.
Secara teoritis aromatherapi lavender bekerja dengan mempengaruhi tidak hanya fisik tetapi juga tingkat emosi (Balkam, 2004). Kandungan lavender oil yang terdiri dari linalool, linalyl acetate, dan 1,8 - cincole dapat menurunkan, mengendorkan, dan melemaskan secara spontan ketegangan pada tikus yang mengalami spasme pada otot intestinalnya. Mekanisme massage pada tubuh dapat menstimulasi produksi endhorpin di otak, sehingga dapat memblokir transmisi stimulus nyeri. Sedangkan apabila minyak aromatherapi masuk ke rongga hidung melalui penghirupan langsung akan bekerja lebih cepat karena molekul-molekul minyak esensial mudah menguap oleh hipotalamus karena aroma tersebut diolah dan dikonversikan oleh tubuh menjadi suatu aksi dengan pelepasan subtansi neurokimia berupa zat endorphin dan serotinin sehingga berpengaruh langsung pada organ penciuman dan dopersepsikan oleh otak untuk memberikan reaksi yang membuat perubahan fisiologis pada tubuh., pikiran, jiwa, dan menghasilkan efek menenangkan pada tubuh (Nurachman, 2004).
0 komentar:
Posting Komentar